126 . Pertanyaan dari Member :
Selamat siang, Dok.
Saya mahasiswa, berusia 21 tahun, dan sedang menempuh tahun terakhir. Sejak tiga tahun yang lalu, saya tidak tertarik dengan kegiatan perkuliahan saya; saya sama sekali tidak mau peduli dan mengurusi hal-hal yang berkaitan dengan itu. Bahkan tugas pun saya kerjakan asal-asalan, padahal sebelumnya saya cenderung perfeksionis yang ingin mendapatkan hasil terbaik dan maksimal.
Dua tahun terakhir, saya seharusnya menyelesaikan tugas akhir saya. Tapi saya benar-benar tidak tertarik. Bahkan ketika saya mulai membuka buku atau mencari-cari bahan, kepala saya terasa pusing sehingga saya memilih untuk mengerjakan hal lain yang tidak penting. Beragam cara saya coba untuk mendorong diri saya, tapi tidak juga berhasil.
Selain itu, dua tahun terakhir, saya juga sering merasakan sedih berlebihan yang tidak saya ketahui alasannya. Tiba-tiba saja ketika bangun tidur, mood saya turun drastis hingga saya lebih suka berbaring di tempat tidur seharian penuh bahkan hingga berhari-hari. Jika orang tua saya memaksa saya bangun dan keluar kamar, saya jadi ingin marah-marah dan melempar-lempar barang. Dan beberapa bulan terakhir, jeda waktu turunnya mood saya ini jadi semakin cepat, kadang malah hanya selisih satu mingguan, juga diiringi pikiran-pikiran untuk bunuh diri.
Teman saya menyarankan agar saya memeriksakan diri ke psikiater, karena menurutnya saya mengalami gejala bipolar. Tapi menurut saya pribadi, saya merasa saya sehat-sehat saja, mungkin hanya sedikit stress. Saya cukup percaya jika saya berpikir saya ini baik-baik saja, maka saya baik-baik saja.
Bagaimana menurut dokter? Apakah saya tidak baik-baik saja? Apakah saya perlu memeriksakan diri? Saya ingin percaya kalau saya ini baik-baik saja, tapi saya juga tidak mau terlambat apabila memang saya seharusnya memeriksakan diri...
Terima kasih sebelumnya.
Dear Bapak,
Kondisi yang Anda ceritakan lebih mengarah pada gangguan depresi. Untuk membedakan antara gangguan depresi dan gangguan bipolar, pada gangguan bipolar terdapat gejala mania (semangat berlebihan dan tidak terkendali). Jika ditanya apakah kondisi Anda "baik-baik saja", jawabannya adalah tidak. Walaupun Anda menanamkan bahwa diri Anda "baik-baik saja", nyatanya alam bawah sadar Anda pun menyadari bahwa Anda "tidak baik-baik saja" hingga Anda pun memutuskan untuk melakukan konsultasi online. Kondisi Anda telah membuat Anda tidak produktif dan Anda pun menyadari bahwa kondisi Anda semakin memburuk seiring berjalannya waktu.
Kami sarankan untuk segera mencari pertolongan profesional karena bila tidak tertangani, kondisi Anda dapat semakin memburuk dan semakin tidak produktif. Terapi obat yang diberikan oleh individu dengan gangguan depresi adalah antidepresi yang pemakaiannya harus diawasi ketat oleh psikiater. Individu harus melakukan konsultasi rutin karena pemberian dosis obat harus disesuaikan dengan kondisi mereka yang nantinya akan diturunkan sedikit demi sedikit hingga mereka dapat kembali melakukan kontrol diri tanpa bantuan obat. Setelah individu berada dalam kondisi stabil, berdampingan dengan terapi psikotropika, terapi psikologi berupaya membantu individu mengatasi konflik alam bawah sadar yang memicu gejala depresi, membantu individu memodifikasi pola pikir yang negatif, dan mengajarkan problem solving untuk mencegah kekambuhan berlanjut. Dengan demikian, kesembuhan yang optimal pun dapat tercapai. Jika dibutuhkan, kami siap membantu Anda. Nomor untuk membuat janji temu: 0215609432.
Semoga bermanfaat.
Salam,
dr. Dharmawan A. Purnama, SpKJ
Alexandra G. A., S.Psi, C.Ht
127 . Pertanyaan dari Rifka Alif Rahmasari :
Selamat pagi, dok. Saya perempuan umur 16. Hampir setahun saya merasa kecewa dan menyesal dengan diri saya sendiri dan saya sering melakukan rutinitas saya sambil melamun. Saya sering memikirkan hal-hal seperti, "mengapa saya bersikap seperti ini pada orang2, saya menyesal dulu saya seperti ini,..." kesannya sepele dan oranglain pun tidak terlalu sering dipikirkan. Di kelas saya sering diam, bukan karena saya orang yg pendiam tapi karena saya selalu memikirkan hal2 tsb dan itu membuat saya sulit konsentrasi jika sdg belajar dan berbicara dgn orang. Sering saya merasa sangat bersemangat tetapi beberapa jam kemudian saya diam, dan itu kadag membuat teman2 saya kebingungan dengan pribadi saya. Dua bulan lalu saya cerita pada teman saya dan dia bilang memang kalo saya ngomong kadang gajelas, kalo mikir suka bingung, dan saya sulit mengekspresikan emosi saya. Terus kalo saya ketawa/senyum respon saya suka telat keterlaluan. Kadang saya bangun dengan keadaan berat hati dan jika tidak kuat menahan emosi saya, saya menangis tanpa alasan yg jelas terutama kalo mau tidur. Sekarang SMA saya belum punya teman2 yg benar2 dekat, karena mungkin orang2 sudah menganggap saya sebagai orang yang tertutup, cuek, jutek, dan tidak peduli sekitar padahal sebenarnya saya tidak seperti itu, saya tidak mau menjadi orang yg seperti itu. Rutinitas saya yaitu sekolah, dan jika di rumah saya sering berdiam diri di kamar, menyibukan diri dengan bermain game berjam2 atau melamun. Saya jauh dari ibu, dan saya bisa dibilang jarang sekali mengobrol dengan ayah karena ayahpun seorang yg cuek, walaupun ayah saya tinggal di rumah. Dalam setahun ini sudah 5x saya tes kejiwaan online dan hasil yg dominan saya dapatkan adalah mania/bipolar dan depresi. Saya pernah cerita pada ibu dan ibu saya bilang itu hal biasa karena saya masih remaja, saya hanya harus fokus belajar. Tapi hal itu tidak menolong. Apakah saya benar2 gangguan? Terimakasih dok.
Dear Mbak,
Perlu diingat bahwa tes kejiwaan online hanya berupaya memberikan screeningawal sebuah gangguan. Kondisi yang Anda alami jelas sudah mengganggu aktivitas keseharian Anda. Namun, untuk memastikan kondisi yang Anda alami, penegakan diagnosa yang sah harus dilakukan dengan psikiater/psikolog lewat konsultasi langsung. Jika memang Anda pun merasa tidak dapat mengendalikan mood Anda, janganlah ragu untuk segera mencari pertolongan profesional karena memang kriteria yang Anda ceritakan sudah mengarah pada ciri gangguan mood.
Hubungan orangtua-anak memang mempengaruhi perkembangan kemampuan sosial seseorang. Dengan kata lain, karena jarang berinteraksi dengan orangtua, Anda terbentuk menjadi pribadi yang kurang memiliki keterampilan interaksi sosial, sehingga kesulitan untuk membangun sebuah hubungan dengan orang lain. Coba renungkan hal ini, apakah anggapan teman-teman tentang Anda (cuek, tertutup, dll) adalah kenyataan yang pernah Anda dengar sendiri atau itu hanya terkaan Anda? Kesulitan Anda berinteraksi dan pikiran negatif tentang anggapan teman-teman Anda jelas saling mempengaruhi. Semakin Anda memikirkan orang lain menjauhi Anda, semakin Anda pun menutup diri.
Semoga bermanfaat. Jika dibutuhkan, kami siap membantu Anda. Nomor untuk membuat janji temu: 0215609432.
Salam,
dr. Dharmawan A. Purnama, SpKJ
Alexandra G. A., S.Psi, C.Ht
128 . Pertanyaan dari Member :
Nama saya Mia umur 19 tahun.
Kenapa ya dok saya memiliki emosi yang seringkali berubah ubah.Kadang bisa marah sendiri kadang bs nangis sendiri walaupun nggak sedang melakukan aktivitas apa apa.
Saya juga seringkali merasa membenci diri saya sendiri, jika punya rasa kesal dengan orang lain,saya memilih utk menyimpan dalam hati tanpa saya ungkapkan.Tapi saya merasa bahwa diri sayalah yang bersalah dari semua kesalahan,makanya saya benci melihat diri saya sendiri.
Timbul keinginan untuk melukai diri saya sendiri,ketika hati kecil saya mengurungkan diri untuk menahan rasa ingin mencabik cabik tubuh saya sendiri, saya akan merasa sakit di dada saya,kepala saya pusing,dan ingin menangis terus.
Saya mulai melukai tubuh saya sendiri dengan silet,ataupun cutter.Karna hanya hal itu yang dapat membuat saya tenang.
Bagaimanapun orang menyakiti saya, saya tidak akan menyalahkan mereka,malah saya menyalahkan dri saya sendiri.
Sekarang saya tidak tau harus bagaimana.. saya merasa sudah tidak berarti apa apa lagi...
yang saya inginkan hanyalah "menghilangkan" diri saya sendiri dari semua orang, karena saya tidak pantas berada di tengah siapapun...
Dear Mbak,
terlihat dari perilaku merusak dan menyakiti diri sesuai dengan yang Anda ceritakan, kondisi tersebut sudah mengarah pada ciri kepribadian borderline atau borderline personality. Dalam borderline personality, memang terdapat adanya perubahan emosi bahkan tanpa alasan yang jelas. Rasa sakit di dada dan sakit kepala merupakan reaksi psikosomatis, yaitu respon fisik yang terjadi akibat stress (rasa tertekan). Namun, perlu digali lebih dalam mengenai hubungan interpersonal Anda. Apakah berjalan lancar atau tidak seperti yang Anda harapkan (seperti merasa timbal balik dari orang lain tidak sesuai dibandingkan yang telah Anda berikan)? Bagaimana dengan tempramen Anda?
Biasanya, seseorang dapat didiagnosa mengalami gangguan kepribadian ketika orang tersebut telah berusia dewasa muda (20-40 tahun), namun seringkali memang ciri-ciri kepribadian tersebut sudah terlihat bahkan sejak kecil. Semakin tua seseorang, akan semakin sulit memperbaiki diri karena kepribadian tersebut sudah terbentuk dan melekat dalam kebiasaannya. Mengingat usia Anda yang masih tergolong remaja, kesempatan Anda untuk memperbaiki diri pun lebih besar. Terapi psikologi dapat membantu menyelesaikan konflik alam bawah sadar yang mendasari emosi dan pemikiran negatif, memperbaiki pola pikir Anda menjadi lebih positif, dan mengarahkan Anda pada problem solvingyang lebih positif sehingga Anda pun tidak lagi berperilaku menyakiti diri. Jangan ragu untuk segera mencari pertolongan sebelum kondisi Anda semakin memburuk. Jika dibutuhkan, kami siap membantu Anda. Nomor untuk membuat janji temu: 0215609432.
Semoga bermanfaat.
Salam,
dr. Dharmawan A. Purnama, SpKJ
Alexandra G. A., S.Psi, C.Ht
129 . Pertanyaan dari panca bhakti :
selamat siang dok...
saya mau bertanya, saya memiliki adik umur 28 tahun...3 tahun lalu mengalami gejala sering senyum dan tertawa sendiri saat tidak ada orang yang melihat tetapi ketika ada orang lain dia seperti sadar dan diam, emosi nya pun kadang naik turun merasa minder dan tetapi menganggap orang lain tidak berarti...tetapi dia mengenali semua orang yang dia kenal...
kami sempat bawa ke panti rehabilitasi daerah jakarta timur dan setelah bebrapa lama sudah di ijin pulang..saya memberikan aktivitas/kegiatan sehari hari agar tidak banyak diam, memang adik saya sudah bisa melakukan semua nya sendiri sesuai arahan saya, yang saya bingung kok masih sering senyum sendiri dan terlihat tidak fokus ketika mengerjakan sesuatu (seperti melamun sambil senyuk dan menggerak gerak kan kaki, dan masih harus minum obat(pesidal 2mg, thp 2mg dan cpz 100 mg serta vitamin b komplex).
mohon pencerahan nya, apa kah nama penyakit nya dan memang sudah sembuh atau belum. tindak lanjut nya seperti apa, sudah cukup besar biaya yang kami keluarkan.
terima kasih
Dear Bapak,
Kami memang tidak dapat memberikan diagnosa langsung lewat konsultasi online seperti ini karena menyalahi kode etik kerja kami. Namun, memang terlihat bahwa gejala serta obat yang diberikan pada adik Anda sudah mengarah pada gangguan psikotik (contoh: skizofrenia). Perlu diketahui pula pemicu dari gejala tersebut (contoh: pengalaman negatif atau pemakaian zat-zat terlarang).
Gerakan kaki dan senyuman yang terlihat pada adik Anda mungkin terjadi karena adik Anda sedang menanggapi halusinasi, suatu hal yang tidak nyata, namun dirasakan nyata oleh orang yang mengalaminya. Hampir seluruh kasus gangguan psikotik tidak dapat disembuhkan, tetapi dapat dikendalikan dengan terapi obat antipsikotik. Maksudnya, orang dengan gangguan psikotik harus mengonsumsi obat sepanjang sisa hidup untuk mengendalikan gejala-gejala yang muncul agar ia dapat kembali menjalankan fungsi (aktivitas) layaknya individu normal. Walaupun demikian, tidak selamanya keberfungsian itu dapat dicapai dengan sempurna, pada sebagian besar kasus bahkan tidak akan mampu hidup secara mandiri.
Perlu diingat bahwa terapi obat antipsikotik harus dilakukan dengan pengawasan ketat dari psikiater yang nantinya secara bertahap akan dikurangi. Pada kasus gangguan psikotik, terjadi ketidakseimbangan neurotransmitter di dalam otak. Obat-obatan antipsikotik berfungsi menyeimbangkan neurotransmitter tersebut. Jangan pernah menghentikan terapi obat walaupun adik Anda sudah terlihat kembali ”normal” sebelum mendapatkan pengarahan dari psikiater. Alasannya, Adik Anda mungkin akan terlihat ”normal” selama masih ada sisa pengaruh obat, namun ketika neurotransmitter di otaknya kembali mengalami ketidakseimbangan, risiko kekambuhan pun sangat tinggi. Semakin sering kekambuhan terjadi akan semakin sulit kekambuhan itu dikendalikan. Demikian, dosis obat yang diberikan pun akan semakin tinggi, serta (seringkali) memerlukan kombinasi obat baru yang lebih mahal. Usahakan untuk melakukan konsultasi sesuai jadwal yang ditetapkan dokter supaya hasil yang dicapai pun maksimal.
Selain terapi obat antipsikotik, terapi psikologi (contoh: art therapy, holticultural therapy, dll) dapat membantu mengembalikan kesadaran seseorang (dengan gangguan psikotik) akan realita. Terapi psikologi akan membantu mereka ”keluar” dari ”khayalan” mereka sehingga mereka dapat kembali menyadari keadaan secara nyata. Jika dibutuhkan, kami siap membantu Anda. Nomor untuk membuat janji temu: 0215609432.
Semoga bermanfaat.
Salam,
dr. Dharmawan A. Purnama, SpKJ
Alexandra G. A., S.Psi, C.Ht
130 . Pertanyaan dari Member :
Dear admin,
Dok, saya punya anak umur 10th...kalau sy perhatikan 3 th belakangan (stlh adiknya lahir)dalam sehari2 kebiasaan ank sy ada yang mengganggu pikiran saya...kalo pagi susah banget dibanguninnya meskipun diingatkan waktunya sekolah shg suka terlambat (spertinya cuek dengan tata tertip) skrg sdh kelas v jd pernah terlambat dia disuruh berdiri dikelas....wkt antar anak blm lgsung pulang kebetulan jendela kelas tersingkap jd bisa ngintip...sy liat anak sy berdiri di depan kelas sambil menutupi wajahnya dengan kedua tangannya (malu)..tp esoknya kalo dibangunin susah lg seolah lupa degn pengalamna berdiri didepan kelas...selain tersebut kalau disuruh belajar bilangnya sih iya tapi ada aja yang dilakukan entah tiduran dulu, makan camilan, bermain dgn adiknya, mainan HP, baru pegang buku kalau saya ingatkan lagi dgn nada tinggi (soalnya sdh berulang kali diingatkan) demikian jg kalo waktunya jam mandi, makan sama kasusnya..anak sy msh kolokan misal: minta disuapin, mintan dimandiin, minta disisirin kalau ada tugas sekolah minta dituliskan dengan alasan tangannya cape....kalo belajar lebih senang dibacakan (dia hanya mendengarkan) kalo disuruh baca sendiri tdk bisa bertahan lama (merasa kelelahan)...wajarkah kondisi demikian?..kalo diajak dipanggil/ diminta melakukan sesuatu sprti tdk mau mendengar...sering minta dibelikan alat tulis krn sampai rumah alat tulis sering tdk ada di lepak...harus sering diingatkan/ diarahkan untuk melakukan sesuatu...punya kemauan keras, misal kalo lagi belajar jika ada yang keluar rumah untuk beli sesuatu pasti minta ikut (maksa)meskipun besoknya ulangan jd begitu nyampai rmh sudah ngantuk shg ga jd belajar...kalo mengerjakan tugas sering tidak teliti misal kalo secara lisan bisa jawabnya tapi begitu ditulis pasti ada saja yg lewat...jawaban no 2 bisa dia tulis untuk nomer dibawahnya...kalu dinasihati sering jawabnya (menyela) kondisi tersebut bertolak belakang dengan disekolah...(kalo disekolah anak saya pendiam)ank sy dikucilkan oleh sebagian teman (geng) misal gak boleh ikutan main, gak boleh ikutan tugas kelompok, ada salah satu teman kelasnya yang sering mempengaruhi teman2nya untuk tdk bermain dengan ank sy...anehnya ank sy ingin banget bisa masuk ke kelompok tersebut. (anak sy sangat baik kalo temannya biarpun temanya sering nakali dia misal...kalo bawa makanan selalu dibagi ketemenya termasuk yang nakali...pernah ada pengalaman waktu TK..gurunya bilang ke saya kalo bekal anak saya malah diberikan ke temennya sementara dia ga makan...trus pas kelas 1 sd 3 sering temen2nya diajak dikantin suruh milih apa aja mamanya yang bayarin...saya sering beri pemahaman kalo "boleh berbagi sama teman tapi kakak harus ikut makan"...anak saya sering dibully dari TK sampai kelas 5 SD (hanya oleh anak tertentu di kelasnya)...anak sy memang masih suka cengeng biarpun itu di sekolah,pemalu, kurang percaya diri, kurang pandai merangkai kalimat ...jd hanya sedikit memiliki teman, yang ingin saya tanyakan anak saya termasuk inatensi atau tidak? apa bisa diatasi dengan neurofeedback krn sy kurang sreg dgn obat2an...bagaimana proses terapi neurofeedbak di klinik SMC...berapa biayanya?...terimakasih
Dear Bapak,
Masih banyak informasi yang perlu kami ketahui tentang anak Anda. Kami perlu memastikan, apakah memang perilaku yang ditunjukkan terjadi karena si anak kurang memiliki kemampuan (contoh: ada gangguan berkonsentrasi) atau memang bertujuan untuk mendapatkan perhatian dari orangtuanya. Bagaimana dengan tempramen anak Anda dan hubungannya dengan si adik? Bagaimana dengan riwayat tumbuh kembangnya? Prestasi belajarnya dari TK sampai kelas 3 SD? Untuk mendapatkan pemeriksaan lebih lanjut dan observasi, Anda dapat membuat janji temu dengan dr. Dharmawan di 0215609432 untuk melakukan tes atas kemampuan konsentrasi dengan CPT TOVA, mengevaluasi perkembangan anak, evaluasi Q EEG dan melakukan psikotes untuk mengetahui permasalahan anak Anda.
Apabila anak Anda ternyata menderita ADD atau ADHD maka neurofeedback terapi selama 40-50 kali sesi dapat menjadi salah satu alternatif terapi. Lama terapi 40-50 menit per sesi. (bisa lihat di blogwww.infopsikiater.blogspot.com)
Mengenai kondisi di Sekolah, ada baiknya untuk bekerja sama dengan para staff di sekolah untuk membantu mengobservasi perilaku anak Anda. Apa penyebab kesulitan si anak dalam membangun relasi, apakah memang berhubungan dengan perilaku yang ia terima dari teman-temannya. Atau apakah ia merasa kurang dapat menguasai pelajaran dibanding teman-temannya sehingga ia merasa rendah diri. Untuk meningkatkan kepercayaan diri, Anda dapat mencari bidang yang sekiranya diminati si anak. Daftarkan anak Anda pada aktivitas tersebut (kursus, ekskul, dll.). Penguasaan terhadap satu bidang dapat dirasakan sebagai "prestasi" yang dapat meningkatkan kepercayaan diri seseorang.
Semoga bermanfaat.
Salam,
dr. Dharmawan A. Purnama, SpKJ
Alexandra G. A., S.Psi, C.Ht