Penulis : Alexandra G. Adeline, M.Psi, Psi, C.Ht, C.ESt
Pernahkan Anda merasa yakin bahwa Anda mengalami suatu penyakit yang berat bahkan berbahaya bagi keselamatan Anda. Kekhawatiran yang besar itu membuat Anda ingin terus melakukan pemeriksaan ke dokter atau laboratorium, tapi seakan jawaban yang Anda dapatkan bahwa Anda “sehat” seakan tidak bisa menenangkan Anda. Anda merasa gejala apapun yang Anda rasakan, baik nyata atau tidak nyata, merupakan suatu gejala penyakit yang Anda alami. Segala pemeriksaan, konsultasi, dan informasi yang menyatakan bahwa Anda baik-baik saja seakan hanya bom waktu bahwa nantinya Anda akan mendapatkan sebuah konfirmasi bahwa Anda mengalami penyakit tersebut. Anda bahkan telah membayangkan apa yang akan terjadi bila Anda mengalami penyakit berat itu, hingga telah membuat rencana atas apa yang akan Anda lakukan bila itu terjadi.
Namun, seiring semua pemeriksaan, hasil yang Anda dapatkan selalu menyatakan bahwa “Anda baik-baik saja”. Kira-kira, perasaan dan kondisi inilah yang dialami oleh seseorang yang mengalami Illness Anxiety Disorder (IAD) atau yang dulu dikenal sebagai Hypochondriasis. Dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM) – V, gejala yang muncul pada individu yang mengalami IAD adalah :
Keyakinan bahwa individu mengalami suatu penyakit yang parah
Seakan Anda begitu mencurigai bahkan yakin bahwa Anda memiliki gejala suatu penyakit yang berat. Penyakit-penyakit tersebut biasanya berhubungan dengan penyakit yang bisa mengancam jiwa Anda (seperti penyakit jantung, kanker, diabetes, dll.), penyakit yang dapat merubah kondisi fisik (seperti penyakit kulit, kanker kulit, atau kondisi autoimun yang bisa mempengaruhi penampilan fisik Anda), serta penyakit-penyakit yang menjadi stigma bagi masyarakat luas (seperti penyakit menular seksual ataupun gangguan-gangguan kejiwaan).
Minim bahkan tidak ada gejala fisik
Biasanya, orang-orang yang mengarah pada IAD mengalami hanya sedikit gejala fisik yang berhubungan dengan penyakit yang mereka khawatirkan, bahkan ada pula yang tidak mengalami gejala fisik sama sekali. Jadi kekhawatirannya hanya berdasarkan kecurigaannya saja. Namun, bila memang individu sedang berada dalam kondisi tertentu yang memang berhubungan dengan penyakit yang mereka khawatirkan (misalnya, memang pernah melakukan tindakan berisiko, sedang berada di lokasi endemik ataupun menghadapi masa-masa pandemik seperti sekarang ini, atau memiliki keluarga yang memiliki riwayat kondisi medis tertentu), seakan mereka memberikan respon kecemasan dan antisipasi yang berlebihan dan tidak proporsional dalam menghadapi kondisi tersebut.
Kecemasan yang besar menyangkut kesehatan
Orang-orang dengan IAD akan terus menerus siaga terhadap gejala fisik yang mereka curigai. Apapun yang mereka alami akan langsung dicurigai sebagai pertanda gejala penyakit. Mereka akan melakukan beragam tindakan untuk mengantisipasi ataupun menjadi terlalu fokus pada penyakit tersebut. Selain itu, kekhawatiran akan penyakit ini pun akan merubah pola pikir dan kebiasaan mereka hingga mengganggu aktivitas sehari-hari, tugas dan tanggung jawab, bahkan hubungan sosial mereka dengan orang lain.
Melakukan pemeriksaan kesehatan secara berlebihan (atau bahkan menghindar)
Karena terus merasa tidak yakin dengan kondisi kesehatan mereka, mereka akan terus menerus mencari informasi lewat media apapun (buku atau internet) bahkan hingga berulang kali melakukan pemeriksaan ke dokter, cek laboratorium, atau pemeriksaan medis lainnya. Hasil yang “normal” yang didapat dari pemeriksaan seakan tidak membuat mereka yakin atas kesehatan mereka. Seperti ada saja alasan yang dapat mematahkan keabsahan hasil pemeriksaan tersebut. Mereka mungkin akan menganggap ada kesalahan dalam pemeriksaan, mencurigai adanya masa inkubasi yang lebih lama, ataupun alasan-alasan lainnya. Adapula yang menunjukkan perilaku menghindar dari pemeriksaan karena khawatir mendapatkan hasil pemeriksaan yang menyatakan bahwa mereka mengalami sakit tertentu.
Tidak ada faktor khusus yang dapat menjadi penyebab terjadinya IAD. Hanya saja, beberapa kondisi memang dianggap berperan dalam pembentukan gejala IAD. Bila dijelaskan dari sudut pandang psikologis, seseorang bisa mengalami IAD karena terbentuknya persepsi negatif yang berlebihan atas suatu penyakit sehingga menimbulkan tingkat kecemasan yang tinggi. Mereka menyamaratakan (menggeneralisasi) pemahaman mereka atas gejala penyakit tersebut, sehingga setiap kondisi fisik yang mereka rasakan akan mereka kaitkan langsung dengan kondisi fisik yang mereka khawatirkan. Persepsi tersebut bisa terbentuk dari:
- Pengalaman ketika mereka pernah merasa sangat menderita atas penyakit tertentu ataupun melihat orang lain menderita karena suatu penyakit tertentu (ct: melihat pasien diabetes yang diamputasi ataupun video orang-orang yang mendadak meninggal karena COVID-19).
- Adanya nilai atau dogma yang ditanamkan sedari kecil tentang kondisi kesehatan (ct: kalau sakit, akan menyusahkan semua orang/tidak akan bisa bahagia dan terus sengsara).
- Pola asuh dari orangtua yang terlalu khawatir akan kondisi anak pun dapat membuat seorang anak berkembang dengan perasaan cemas, hingga mereka akan menanggapi suatu hal dengan perasaan cemas yang berlebihan pula nantinya.
- Stigma yang didapat dari masyarakat terhadap penyakit-penyakit tertentu (ct: dikucilkan karena mengalami penyakit menular seksual, ejekan atau cemooh pada orang-orang dengan kondisi fisik yang kurang sempurna ataupun mengalami masalah pada kondisi mental).
Penegakan diagnosa IAD bisa dilakukan ketika seseorang telah mengalami gejala IAD selama 6 bulan berturut-turut. Bisa dengan kekhawatiran akan penyakit yang sama ataupun berubah-ubah dalam durasi 6 bulan tersebut. Walaupun demikian, kondisi Suspect IAD sudah bisa ditentukan seiring gejala yang muncul belum sampai 6 bulan, sehingga bila gejala IAD yang Anda alami sudah dirasa begitu berat dan mengganggu aktivitas sehari-hari bahkan menurunkan produktivitas Anda, ada baiknya untuk segera mencari pertolongan profesional demi mendapatkan penanganan yang tepat.
Penanganan psikologis yang diberikan seperti Cognitive Behavioral Therapy, Exposure Response Prevention, Hypnotherapy, dll. dapat membantu Anda pulih dari gejala IAD tersebut. Psikoterapi akan membantu Anda membentuk persepsi yang lebih sehat, menyadari ketakutan/konflik yang ada di balik persepsi tersebut, serta menentukan coping yang tepat ketika rasa cemas/khawatir itu muncul. Selain itu, mengingat kondisi kecemasan pun dipengaruhi oleh faktor biologis otak, terapi medikasi dengan psikiater pun disarankan untuk mengoptimalkan pemulihan Anda. Informasi mengenai faktor biologis dan terapi medikasi atas IAD dapat Anda lihat pada link berikut ini KLIK DI SINI.
Tips yang bisa Anda lakukan di rumah bila Anda merasa mengalami IAD:
- Latihan relaksasi untuk meringankan gejala kecemasan KLIK DI SINI
- Hindari bahkan stop mencari informasi yang berhubungan dengan penyakit apapun. Sementara itu pula hindari konten-konten negatif seperti film yang membuat Anda cemas (tema horror atau penyakit), ataupun berita-berita yang bisa kembali menimbulkan rasa cemas.
- Ajak diri Anda untuk lebih banyak membaca/menonton/mendengar konten-konten positif yang membangun. Ubah kata kunci pencarian dari “risiko penyakit ……” menjadi “bagaimana caranya menjaga kesehatan”
- Lakukan afirmasi diri, seperti mengatakan “aku sehat, semua akan baik-baik saja” atau “aku bahagia dan banyak yang akan terus mendukung saya”.
Artikel terkait:
Mengenal Gangguan Kecemasan dan Penanganannya
Bila dibutuhkan, kami siap membantu Anda. Anda bisa hubungi kami pada nomor yang tertera.
Semoga bermanfaat.